setiap orang dari kita pernah bercerita pada pribadi yang berbeda sekalipun setiap inci dari kata yang sama dan nafas yang sama... tetap saja kita tidak pernah tahu bagaimana akhir dari cerita kita sesungguhnya... sebaiknya kita tapaki saja cerita itu satu persatu, tanpa lelah karena hidah adalah rangkaian cerita cerita berulang.....
hihihihihihiii
BalasHapussebuah cerita ta kan pernah berakhir bang......
slalu mmunculkan suatu hal,,,,yg berkalanjutan....
biarkanDunia ku bukan Dunia Mereka
BalasHapusSeperti detik yang selalu berubah maka bagian yang pernah kumiliki adalah persinggahan diantara detik detik itu. kembali merajut kenangan yang lama tertanggalkan sama saja seperti menggubah puisi menjadi karangan. Jika memang cerita itu harus terputar berulang kali maka jeda yang paling sempurna adalah dimana semuanya harus berakhir. Setiap orang pernah jelajahi jeda itu tanpa satupun tertinggal tapi tidak dengan jeda yang kumiliki selalu ada saja yang kutinggalkan. Mereka miliki kisah romantis dipenggalan hidupnya dan aku bahkan tidak untuk sepenggal kisah pun, semuanya pahit lebih pahit dari puing puing kerajaan romawi. Setidaknya itu menurutku saat ini. Baiklah aku awali saja cerita membosankan ini dengan sesosok tubuh tergigil sebelum kaku ditengah malam sebelum fajar. Tubuh itu kutemukan disela embun yang mengericik di belakang bangunan tua didepan rumah yang kutinggali. Umurnya genap sebelum 2 tahun.lalu kunamai saja sebagai anak ilalang.
”ilal kemari, cepatlah...” aku memanggilnya suatu hari. Dia memang bukan anakku atau setidaknya aku tidak mengakuinya sebagi anak dan akhirnya ia memanggilku ”kaka”. ” ada apa ka ? jawabnya, lihat orang yang sedang berdiri disana? Pergilah kesana dan berikan ini padanya...cepatlah!!”. ia pergi menghampiri orang yang kutunjuk tadi sedikit mengobrol dan terakhir aku melihatnya diajak pergi. Ia menoleh ke arahku seakan memandang ku dengan harap seolah berkata” kaka kenapa kau tinggalkan aku”. Aku pergi setelah tatapan terakhirnya membuatku miris. Tapi itu jalan terbaik untuk kita berdua ilal, kau harus pergi. Dan aku harus terus kuliah. Kau harus dipanti asuhan dan aku harus dikosan. Aku ingin berkata padanya ” ini untuk kebaikanmu” . maaf ilal kaka tidak bisa menemani mu lebih lama,.
Dua belas tahun bukan waktu yang singkat, anak itu masih kecil ketika ku ambil dan sekarang umurnya 14 tahun. Baiklah Tuhan jangan kau sisakan sedikit penyesalan padaku, aku bebas akhirnya. Setelah kemarin kuserahkan ilal pada seorang pengurus panti asuhan yang kukenal 2 minggu yang lalu. Aku lega setidaknya sekarang ini hanya tanggungan perutku saja yang terbebani (bersambung)